Joko Purwadi : Pengabdi Kaum Disabilitas / Part3
Gambar diatas merupakan salah satu hasil karya penyandang disabilitas di Yayasan Penyandang Cacat Mandiri yang di ketuai oleh Joko Purwadi |
Dunia memberikan
cerita yang berwarna kepada Joko. Saat melakukan dinas di Samarinda, Joko
berhasil mendaftar dan meluluskan dirinya sebagai Sarjana Bidang Jurnalistik di
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Mahakam. Begitulah kisah pendidikan perguruan
tinggi Joko Purwadi. Tentu saja perjuangan nya dulu tidak semudah seperti
perjuangan membaca dan membayangkan nya dari tulisan ini.
Sebagai seorang
militer, tugas pertama yang di tanggung Joko adalah menjadi perwira Pembina
mental. Sudah pasti tugasnya adalah membina mental para prajurit untuk memiliki
jiwa korsa dan cinta tanah air. Hal ini sesuai dengan disiplin ilmu yang
dikuasai oleh Joko. Karena seorang prajurit tidak cukup hanya dengan memiliki
kemampuan fisik yang baik dan jitu menembak musuhnya, harus lah mental yang berani
mereka miliki juga. Ia menjalani tugasnya di Samarinda, Ibu Kota Kalimantan
Timur.
Kehidupan Joko selama
menjadi penggembleng mental prajurit bukan sepenuhnya penuh ketegasan dan
kedisiplinan ala militer Indonesia. Disisi lain, setelah ia menjalani dinas
selama enam bulan, ia menikahi gadis cantik idaman nya. Gadis yang dikenalnya
sedari dulu, sejak ia mengenyam pendidikan di Kampus Kateketik Pradnyawidya
Yogyakarta. Dengan penuh ketulusan dan kejujuran Joko mengaku tidak pandai
mencari pacar, maka dari itu teman wanita satu kampus sendiri yang bisa ia
jadikan kekasih. Dengan sedikit tertawa, mungkin geli akan dirinya sendiri beberapa
tahun yang lalu Joko menceritakan hal itu. Rosa Ariwati. Nama wanita yang
diceritakan Joko sedari tadi yang juga istri setianya. Wanita Kologendang,
Ngawen, Muntilan yang lahir pada 5 Agustus 1962. Yang menjadi ibu dari tiga
anak Joko. Mengikat janji suci setia sebaga suami istri pada tanggal 29 Januari
1986. Dengan Muntilan – daerah di utara Kabupaten Magelang - tempat kelahiran
sang istri tercinta yang menjadi saksi sumpah setia mereka berdua. Begitu hafal
dan fasihnya ia mengingat dan menceritakan pernikahan nya 30 tahun silam.
Hanya sedikit hal
yang diceritakan Joko mengenai kisah asmara dan keluarganya. Setelah bernostalgia
dengan gelora cinta dirinya sewaktu muda, Joko kembali menjelajahi ingatan nya.
Satu per satu ia jumputi kenangan hidup nya. Kembali ia menceritakan tentang
pengalaman nya sebagai seorang prajurit. Pada saat bercerita, Joko yang sedang
membersihkan manik - manik merah dari kotoran menggunakan cutter itu nampak
begitu tenggelam. Tenggelam pada masa lalu, seakan ia sedang berdiri pada waktu
yang telah lampau itu. Pandangan matanya begitu dalam hanya untuk seorang yang
sedang membersihkan manik – manik. Ia membawa pendengar cerita nya dan juga
dirinya sendiri pada tugas nya yang terakhir di Timor Timur.
Ia menegaskan, bahwa tugas dinas terakhirnya
di Timor Timur adalah satu yang paling berkesan. Jika dirangkai ulang tanpa
bermaksud mengubah pokok pikiran Joko begini ceritanya : pada saat itu ia sedang
bertugas di Timor Timur dan bertepatan dengan diadakan nya Referendum, yang
mana Timor Timur akan diberikan pilihan lebih besar otonomi dalam Indonesia
atau merdeka. Timor Timur adalah daerah yang menjadi rebutan negara negara
penjajah. Ialah Belanda, kemudian Portugal setelah berhasil merebut dari Jepang
pada saat Perang Dunia II. Sesuai background nya sebagai seorang jurnalis, Joko
menampung para wartawan di tempat ia berdinas. Waktu itu keadaan begitu chaos.
Hingga membuat sulit nya bagi Joko dan rekan wartawan untuk mendapatkan bahan
makanan. Bahkan uang tidak bisa digunakan hanya untuk sekadar membeli nasi.
Karena memang pada saat itu tidak ada “warung yang buka”, kenang Joko. Para
pejuang itu hanya bisa memakan mi instan dan ikan asin sebagai pengenyang perut
mereka. Namun ditengah tengah ketidaknikmatan itu, salah watu wartawan senior
Albert Kuhon berhasil membuat Joko mendapat kenangan terindah nya selama
menjadi tentara. Albert Kuhon berkata kepada rekan seperjuangan nya sembari
menikmati mi instan dengan paduan ikan asin, “ini adalah makanan paling enak
yang pernah saya rasakan”. Kalimat sesederhana itu, berhasil menggoreskan
kenangan yang mendalam di hati dan ingatan Joko.
No comments :
Post a Comment