SANG LEGENDA GUDEG JOGJA
Logo Gudeg Yu Djum
Gudeg merupakan panganan khas
Jogja, dan bagi orang yang sudah pernah berkunjung ke Jogja pasti tidak asing
dengan “GUDEG YU DJUM”. Pemilik
gudeg legendaris tersebut adalah Djuwariyah Darmosumarno atau biasa dipanggil Yu
Djum. Pemberian nama Yu Djum barasal dari para pelanggan yang sering memanggil
dengn sebutan “Yu” yang dalam bahasa
jawa merupakan singkatan dari “mbakyu” yang ditujukan untuk orang yang lebih tua
khususnya wanita dan “Djum” yang
merupakan nama pendek dari ibu Djuwariyah
Darmosumarno.
Yu Djum lahir pada tahun
1931, ia dilahirkan dari keluarga sederhana yang menggeluti usaha gudeg. Karena
itulah ia bekerja keras untuk bisa menjualkan gudegnya. Pada umur 17 tahun Yu
Djum sudah mulai menjual gudeg dengan modal racikan bumbu warisan ibunya. Sang
suami Suwandi Dharmosuwarso lah yang
setiap hari memasak gudeg yang akan dibawa berkeliling oleh Yu Djum. Suaminya
merupakan anggota TNI yang pandai memasak.
Yu Djum mulai merintis usaha
gudegnya sejak tahun 1950, untuk mendapatkan modal awal beliau harus berjualan
rumput dan kayu kepada para tetangganya, uang yang didapatkan kemudian ditabung
dan digunakan untuk membeli peralatan untuk memasak gudeg. Sebelum menjual
gudegnya dirumah, ia berkeliling menjajakan gudeg buatannya, karena pada saat
itu belum ada kendaraan, maka ia harus berjalan kaki mulai dari daerah
Bulaksumur UGM sampai daerah selatan
Plengkung Wilijan, kalau dagangannya tidak habis maka dibungkusi dan dititipkan
di warung-warung pasar Gede. Kemudian pada tahun 1985, Yu Djum membuka warung
di daerah Wilijan dengan kursi dan meja yang sederhana, namun dapur tempat
memasak gudegnya tetap berada di rumahnya di daerah Karangasem, Mbarek. Pada
tahun 1993, rumahnya yang terletak di Karangasem yang awalnya hanya sebagai
dapur diubah menjadi warung. Karena permintaan pelanggan yang semakin banyak
akhirnya menyewa kios dan mematenkan tren gudeg kering.
Yu Djum saat umur ±50 tahun
Yu Djum saat umur ±80 tahun
Dengan sikap tegas, keras,
galak dan pantang menyerah yang dimilikinya Gudeg Yu Djum pun semakin dikenal
masyarakat. Kini Gudeg Yu Djum mempunyai 12 cabang di Solo dan Jogja.
Rahasianya yaitu Ia selalu menjaga kualitas dan kebersihan warungnya agar
pelanggan nyaman dan cita rasanya tidak berubah, jika ada yang kotor ia akan
langsung menegur. Ia juga selalu mengajarkan hidup mandiri kepada anak cucunya.
"Nyambut gawe gak usah muluk-muluk, yang penting kerja untuk menghasilkan jangan jadi orang pemalas (mencari kerja tidak usah muluk-muluk, yang penting kerja dan menghasilkan dan jangan jadi pemalas)"-Yu Djum
Namun
sayang pada tanggal 14 November 2016 pukul 18.30, Yu Djum menutup usia
dikarenakan penyakit sepuh. Ia meninggal
dunia pada umur 85 tahun setelah dirawat selama 3 hari di RS Bethesda Jogja. Yu
Djum meninggalkan 4 orang anak, 13 cucu,
dan 8 buyut, dan semuanya bisa memasak gudeg, ia dimakamkan di TPU
Karangmalam disamping makam ayahnya.
Baca kisah menarik lainnya disini.
Terima kasih untuk artikel yang menarik terkait legenda gudeg Jogja yang sangat menambah informasi. Terkait bahasan yang sama berikut saya lampirkan link yang dapat menambah informasi terkait makanan tradisional dalam makna sosial budaya serta upaya pelestariannya supaya kita dapat mengetahui makanan tradisional lainnya selain gudeg. Anda dapat langsung membacanya pada link berikut: https://repository.unair.ac.id/72117/1/PG.-242-10-Arb-m.pdf
ReplyDelete